Secercah Harapan Untuk Abdi (Part 1)
Sebuah cerita pendek yang diangkat dari true story.
Untuk anak anakku siswa baru
Ustadz Arief
Untuk anak anakku siswa baru
Assalamualaikum
warrohmatullahi wabarokatuh...
Salam semangat sahabat baca
Wah...alhamdulillah
y... kita sudah mulai masuk sekolah lagi pasti sahabat-sahabat semua sangat
merindukan suasana belajar. Tahu gak sahabat baca kalo penulis juga kangen
banget dengan iklim belajar di madrasah tercinta kita ini.
O..iy
sahabat baca ini kan tahun pembelajaran baru dengan kelas dan tingkatan yang baru
buat kakak kelas VII, IX MTs dan XI, XII MA, kita kedatangan tamu sahabat tamu
sekaligus adik baru yakni adik kelas VII dan X , waw..pasti mereka luar biasa
semua wah penulis jadi tersanjung dan rindu. Wah kok malah jadi baper...ok pada
tulisan saya kali ini ada sedikit cerita dan kisah yang sangat menarik untuk
menambah dan meningkatkan motivasi serta semangat kita untuk bersungguh-sungguh
menuntut ilmu di madrasah tercinta kita ini. Oke langsung aja ya ...chekidot:
“ ceritanya gini
lo....pada suatu mase..wah maaf...kok malah jadi kayak upin ipin..gini, gini
kisah ini bermula dari kisah sebuah keluarga yang kebetulan diberikan cobaan
sekaligus anugerah dari Allah SWT yakni kemiskinan. Keluarga ini hidup di
pelataran TPS ..eiits bukan Tempat Pemungutan Suara lo, tapi Tempat Pembuangan
Sampah warga sebuah desa. Sebut saja keluarga pak Sobari, maaf lo ya...kalo ada
nama ayahnya yang mirip kalo FTV bilang “ Jika ada kesamaan nama tokoh dalam
film ini kami tidak bermaksud melecehkan” he..he...intermezo aja guys. Oke
sahabat baca kita lanjut ceritnya ya..keluarga pak Sobari merupakan satu dari
banyak keluarga miskin yang ada di Negara kita tercinta ini . keluarga kecil
ini terdiri dari 6 anggota keluarga yang beranggotakan : pak Sobari, Ibu
Qonaah, ibu bapak Sobari yang bernama Juminten, anak pertamanya bernama Abdi,
anak keduanya bernama Syifa. Walaupun miskin keluarga ini tidak pernah mengeluh
dan senantiasa mengutamakan berbagi dan bermanfaat bagi orang lain . bapak
Sobari selalu berpesan kepada anaknya dimanapun dan apapun keadaanny harus
selalu bisa berbagi, dan ringan tangan dalam menolong sesama. Beliau selalu
mengajarkan kepada anak-anaknya walau hanya memiliki uang 500 rupiah atau
sesuap makanan jika ada yang lebih membutuhkan maka harus mendahulukan yang
membutuhkan. Kedua putranya selalu berbakti kepadanya apapun nasehat pak Sobari
selalu dilaksanakan dan dipedomani. Bapak sobari bekerja jadi Pemulung dan
terkadang menjadi buruh yang penghasilan beliau dalam 1 hari hanya 5 ribu
sampai 10 ribu rupiah, bahkan terkadang beliau hanya mendapatkan uang 3 ribu
rupiah saja dan uang itu harus cukup memberi makan satu keluarga dan juga
merawat sang nenek yang telah mengalami penyakit pikun, jadi kondisi perekonomian
yang serba kekurangan ini mengakibatkan putranya harus rela kehilangan masanya
bersekolah dan bermain dengan temannya. Abdi putra pertamanya harus bekerja
membantu mencari nafkah dengan menjadi buruh pemecah batu gunung yang akan
dijadikan material bangunan. Abdi selalu mendapat upah yang kecil karena
kemampuannya tidak sama dengan orang lain pada umumnya. Abdi sosok yang murah
senyum dan selalu ramah merupakan anak yang berusia 7 tahun yang Allah
kehendaki dengan memiliki keterbatasan yang hampir mirip dengan ayahnya yakni
hanya memiliki satu lengan.(masya Allah membuat penulis meneteskan air mata).namun
dengan segala keterbatasannya ia tetap bertekat untuk ikiut membantu
perekonomian keluarga ya walau hanya cukup untuk membeli satu kg beras.
setiap pagi ketika
berangkat kerja abdi selalu melewati perlintasan depan sekolah dasar di desanya
ia selalu bertanya dengan anak – anak yang pergi kesekolah tentang ilmu apa
saja yang mereka dapatkan, bahkan sempat ia bertanya kepada penjaga sekolah,
satu kalimat yang ia tanyakan “ orang seperti saya apa mungkin bisa sekolah
y pak?”(subhanallah). Namun ketika ia
berfikir tentang kemustahilan ia masuk sekolah sampai ia menggumam dalam
hatinya “ la wong cari biaya makan aja susah apalagi
sekolah....astaghfirullah maafkan hamba y robb...(sembari meneteskan
air mata penulis ikut beristighfar y.. Allah kenapa terkadang banyak yang
diberikan kesempatan untuk bersekolah justru menyia-nyiakannya.) namanya
juga anak- anak usia yang baru 7 tahun merupakan usia anak-anak lain untuk
bersekolah dan bermain, namun nasib yang berbanding terbalik dengannya
terkadang membuatnya mengeluh namun nasehat sang ayah selalu terpatri di
hatinya untuk tidak mengeluh apapun keadaan yang dialaminya.
Keinginanya untuk
bersekolah selalu menjadi impian yang selalu ia tenggelamkan di hatinya ketika
ia muncul. Satu tekatnya ia akan selalu berusaha membahagiakan orang tuanya.
Suatu ketika saat ia pulang kerja ia menemukan sebuah buku bacaan pelajaran
bahasa indonesia di jalan dekat dengan sekolah, namun ketika itu ia tidak
melihat siapapun disana ya maklum karena waktu itu sudah senja. Dengan hati
penuh khawatir ia membawa pulang buku tersebut (abdi
mengingat nasehat ayahnya untuk tidak mengambil barang yang bukan miliknya )ia
takut jika nanti sang ayahanda marah dengannya karena membawa buku itu. Setelah
seperempat jam berjalan sampailah ia dirumah dan ternyata sang ayah telah
sampai dirumah sebelum ia datang, setibanya abdi di rumah “ Assalamualaikum
bapak”, waalaikum salam sayang.. (sahut pak sobari), anak soleh bapak
sudah pulang..lo itu bawa apa nak...?(seperti yang abdi duga pertanyaan itu
terlontar dari sang ayah) abdi pun kaget dan..........
Pengen tahu cerita
selanjutnya, eits sabar sahabat baca....nanti lihat part 2 nya y.....
Penulis
Tidak ada komentar
Postingannya Gan Jangan Lupa biar AFDOL gitu....